(Kisah ini dari Brotherhood DNPS 2013)
Pernah suatu ketika saat sedang
menuju rumah seorang kakek untuk keperluan suatu hal, saya menemukan sebuah
pelajaran berharga.
Sebelum saya masuk, seorang anak
kecil tampak baru pulang mengaji masuk ke rumah yang sama. Di sana terdapat
seorang kakek sedang menatap kosong langit biru sambil duduk diatas kursi tua
kesayangannya. Sang anak kecil menyapa, lalu bertanya “Kong, Mamat mau tanya
nih. Pak ustadz kasih tugas buat dikerjakan di rumah, yaitu menulis 15 huruf
ikhfa’. Hurufnya apa aja sih, Kong?”
Si Kakek kaget dengan pertanyaan
cucunya, membisu seribu bahasa.
“Ayo jawab Kong.” Mamat mendesak.
“Engkong ngga tau, Mat.” jawab
Engkong melemas.
“Masa nggak tau sih.” Mamat tak
yakin dengan pernyataan Engkong.
“Benar, Mat. Engkong ngga tahu, dah
lupa.” jawab Engkong dengan retorikanya.
“Kong! Emang waktu masih muda
engkong kemana aja? Masa’ huruf ikhfa aja nggak tau.” Mamat kesal sambil
berlari ke dalam rumah.
Langkahku tertahan menyaksikan
adegan dialog tersebut, sambil terdiam dan mengamati apa yang terjadi
berikutnya. Lalu si kakek terlihat menutup wajah tuanya dengan dua telapak
tangannya yang coklat dan nampak garis keriputnya.

“Kenapa, Kong?” tanyaku.
“Ah, nggak ada apa-apa,” jawabnya
sambil menenangkan diri.
“Gara-gara pertanyaan Mamat barusan
ya?” tanyaku kembali.
Si Kakek kaget sambil melihat
wajahku.
“Benar kan?” kuyakinkan.
“Benar.”
“Apa yang salah dengan
pertanyaannya?” Rasa penasaranku semakin menguat.
Apakah pertanyaan sederhana itu
begitu menyayat hati?
Lalu Kakek menjawab, “Wahai anak
muda, jangan kau sia-siakan masa mudamu. Karena usia muda itu hanya kau alami
sekali dalam hidupmu. Benar aku menangis karena Mamat, tetapi bukan itu
yang membuat air mata ini mengalir. Hatiku berkata, Ya Allah, pertanyaan Mamat
saja tak bisa aku jawab, apalagi saat aku ditanya oleh malaikat saat di alam
barzakh (kubur).”
Kakek melanjutkan, “Usiaku kini 75
tahun. Tetapi usia yang tua ternyata tak mampu menjawab pertanyaan seorang
bocah ingusan. Seakan akan hidup baru 3-5 tahun saja di dunia.”
Aku pun ikut menangis, melihat
jawaban Kakek menyesali hidupnya.
Wahai sahabat, gunakan masa muda
sebelum datang masa tua, karena catatan besar selalu hadir pada usia muda. Sejarah
kepahlawanan itu terukir di usia muda. Kematangan tua itu dipupuk pada usia
muda. Ilmu dan pengalaman itu dikumpulkan di usia muda. Kegagahan dan kejayaan
itu terjadi diusia muda. Kekuatan dan keberanian itu menyatu dengan gairahnya
anak muda. Cerita indah itu dibangun diusia muda. Penaklukan peradaban itu di
lakukan oleh para pemuda. Mimpi-mimpi besar itu berawal dari usia muda.
Wahai jiwa yang mendambakan
kemuliaan di usia muda, lakukanlah karya hebat diusia mudamu, karena ia adalah
momentum emas. Sebaik-baiknya karya adalah yang hal yang mendatangkan keridhoan
Allah, menghadirkan senyuman Rasulullah, menjadi kebanggaan orang tua,
keluarga, suami, istri, anak-anak dan tetangga serta kemaslahatan bagi manusia.
Kisah di atas dituturkan oleh Ustadz
Reza
Sulthan (Pengurus IKADI Jakarta Barat
izin copas ea....
BalasHapus